Laporan Untung Sukarti, Dusseldorf
Dusseldorf,- Hari terakhir mengunjungi Drupa Fairs 2004 tak kami sia-siakan begitu saja. Karena itu, sejak dibuka pukul 10.00 hingga pukul 16.00, kami manfaatkan untuk melihat kecanggihan mesin cetak koran. Teknologi ini tentunya akan semakin canggih pada pameran serupa tahun 2008 mendatang.
HARI terakhir mengunjungi Drupa Exhebition kali ini punya kesempatan melihat kecanggihan mesin cetak koran masa depan. Saya pikir ribuan mesin yang digelar saat itu sudah tercanggih. Tapi otak manusia sebagai mesin business tidak pernah berhenti berfikir. Seolah tanpa batas.
Tidak semua orang punya kesempatan "mengintip" mesin cetak masa depan itu. Saya pun menuju ke anjungan dengan tergesa-gesa. Tidak sabar segera ingin melihat wujudnya. Setelah melakukan pemesanan tempat duduk, saya lantas disodori beberapa bahasa pengantar yang berlaku di situ. Tentu saja hanya bahasa Inggris yang paling mungkin bisa digunakan.
Setelah menunggu dua menit, tiket magnetic yang saya pesan sudah selesai diproses. Saya pikir begitu dapat "tiket" dan "tempat duduk " langsung bisa masuk ruang khusus kedap suara itu. "Anda kembali dua jam lagi untuk session bahasa Inggris," ujar seorang cewek bule dengan ramah.
Setelah gagal merayu agar jam bisa dimajukan, saya spontan merubah haluan strategi agar time schedule tetap terkontrol. Akhirnya saya menuju hall percetakan komersial.
Dalam hall itu juga sama ramainya dengan hall-hall lainnya, meskipun sudah hampir pada penghujung pameran. Ini membuktikan bahwa Drupa Fairs belum tertandingi oleh exhibition media lainnya di tingkat dunia. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai superstar olympiade of print media.
Saya terus membayangkan dan meraba-raba seperti apa wujud mesin continuous form yang dipamerkan di hall ini. Apanya yang berbeda dengan mesin continuous form yang dimiliki Percetakan Akcaya Pariwara (Pontianak Post Group) yang satu-satunya di Kalbar itu.
Akhirnya mendadak saya berhenti berkhayal membandingkan soal kecanggihan teknologi. Sejak melihat mesin mini offset saja sudah dilengkapi panel layar computer. Begitu mesin jalan, keluar sudah dalam bentuk packing dan siap dikirim ke pelanggan. Pekerjaan penghitungan dan labeling sudah diambil alih mini-mini robot yang ada pada system itu.
Memang akhirnya terbukti mesin continuous form menggunakan system komputerisasi dan setiap bagiannya sudah terintegrasi serba robotic. Sistemnya sama dengan mini offset tadi. Sistem ini baru akan cocok di Kalbar kira-kira 5-10 tahun lagi. Maksudnya, tuntutan teknologinya. Belum ada "makanan" besar yang membutuhkan kecanggihan sekelas itu.
Setelah melihat perkembangan mesin continuous form, kami melanjutkan perjalanan menuju Stand Buhrs. Di stand ini kami mendapatkan pelayanan khusus. Mereka menyajikan teknologi mailing & fulfillment solution asal Norwegia.
Setelah melihat perkembangan teknologi digital pre press, dari generasi image setter to film ke generasi image setter to plate. Saya mengalokasikan waktu yang cukup mengunjungi teknologi terbaru dunia persurat kabaran ini. Pontianak Post kelak harus beralih ke teknologi ini dalam 3 sampai 4 tahun mendatang. Setidaknya menjelang Drupa 2008. Sekarang bukan saja harga mesinnya sendiri sudah menunjuk langit, belum lagi bahan bakunya masih terbatas karena masih "khusus". Saya pikir, kelak image setter to plate ini acceptable dengan plate biasa yang banyak dipergunakan sekarang ini.
Wajah-wajah karyawan di bagian cetak jarak jauh (CJJ), mounting, downloading berita dan expose plate di Pontianak Post membayangi saya. Dengan beralih ke teknologi image setter to plate, praktis harus mencarikan "mainan" baru 7 karyawan itu sekaligus. Karena pekerjaan mereka digantikan oleh teknologi robot mini. Wajah dunia usaha masa depan semakin mengerucut pada optimalisasi efisiensi agar kompetitif. Produktivitas dapat ditingkatkan. Ini salah satu kunci memenan
sumber: potianakpost